Bplus

Bplus

Senin, 24 Agustus 2020

 

TELEPHONE

Cerita Pendek

Oleh : Siti Nurrohmah

 

Selesai shalat isya,  Nur seperti biasa. Dia membaca surah al-waqi’ah sebagai harapan kelak Allah ganti menjadi hidup yang lebih baik.

“Sudah hampir seminggu ini, aku mengulang surah alwaqi’ah, semoga kelak hidupku menjadi lebih baik”. Seraya Nur dalam hatinya dengan penuh keyakinan.

Nur adalah salah satu mahasiswa tingkat akhir yang tak kunjung segera menyelesaikan tugas akhirnya, entah apa yang sedang dia kerjakan dan pikirkan. Sudah sampai ditahun ke tujuh, Nur tak kunjung berlari mengejar ketertinggalannya.

“Sebenarnya aku malu dengan diriku sendiri dan semua orang yang telah menyayangiku dengan sepenuh hati mereka. Tapi aku bingung harus mulai dari mana untuk memulai ini semua. Rasanya, ingin aku akhiri hidup ini, agar tak ada lagi beban yang orangtua tanggung”. Ucap Nur, seoalah sedang berdialog di isi kepalanya sendiri dengan rasa yang penuh keputus asaan.

Terkadang harapan hati, pikiran dan kenyataan tak pernah sejalan dengan apa yang diinginkan. Begitupun dengan Nur, mahasiswa yang sedang dirundung rasa bersalah dan putus asa.

Kring kring kring suara dering telphone masuk.

“ iya yah, alhamdulillah sehat. Ayah apa kabar ?

Udah makan belum ?. ibu mana yah ?..

haahhaha nonton apaan yah ibu malam2 gini ?..

blablablablabalabalabalabalabalbaa.

Iya udah ya yah, jaga kesehatan, jangan capek-capek, salam sama ibu”

            “hmmmmm enak yah win, tiap malem ditelpon ayah terus“ celoteh Nur kepada Windi teman satu kamarnya yang baru saja selesai ditelphone oleh ayahnya.

Ya memang begitu adanya, Nur yang hampir tidak pernah ditelphone orangtuanya, merasa sangat iri kepada Windi yang setiap malam selalu ditanyai kabar oleh orangtuanya.

            “Iya, kita telphonan hampir tiap malem, kalau nelpon ibu aku biasanya pagi atau sore. Tapi kalau ayah, siangkan di bengkel. Jadi nelponnya selalu malam”. Ujar windi tersenyum karena baru saja dikirim uang bulanan.

            Windi adalah teman satu kamar Nur dan kawan satu angkatan di Kampusnya. Bahkan sebab mereka dekat adalah karena satu kelas. Jadi sudah dipastikan mereka berteman mulai dari masih Mahasiswa Baru.

            “Tidak perlu kamu jelaskan juga, aku sudah tahu win, aku lho juga punya kuping yang masih berfungsi dengan baik. Jadi aku tahu kamu ditelphone siapa”. Ketus Nur tak bersuara.

            Tak pernah ditelphone menjadi alasan untuk Nur selalu mengarang cerita kepada teman-temannya disaat waktu mereka berkumpul sedang berbincang tentang kabar orangtua masing-masing. Atau hanya sekedar berbincang tentang keluarga. Yaah memang itu yang selalu dilakukan Nur. Bahkan sejak sekolah ditingkat pertama pun, Nur selalu pintar untuk mengarang perihal tentang keluarga.

            Nur tidak pernah mau menceritakan yang sebenarnya tentang kedekatan dia dan keluarganya, karena ya menurut dia, apa yang harus diceritakan. Tidak ada hal menarik tentang dia dan keluarganya.

            Mungkin itu juga alasan Nur tidak memiliki semangat mengejar keteringgalnnya yang sudah sangat tertinggal. Tapi, jauh dilubuk hati Nur yang terdalam, dia mencintai keluarganya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya saat ini.

            Hanya doa yang selalu Nur panjatkan hingga saat ini, semoga kelak dikehidupannya, dia bercita-cita untuk tidak akan seperti orangtuanya kepada dia saat ini. Dan hanya air mata yang selalu berbicara disaat Nur merasakan sesak di dadanya ketika mengingat semua kenangan diwaktu kecilnya dulu. Kenagan yang tidak ingin dia ulangi, kenangan yang tidak pernah semua anak ingin melewatinya. Tapi, Nur bersyukur karena Allah masih menjaganya hingga saat ini. Masih melindungi dan memberikan kesehatan yang tak pernah bisa dibeli oleh rupiah.

 

 

2 komentar:

JAWARA INTERNET SEHAT LAMPUNG ADAKAN WORKSHOP LITERASI DIGITAL “HOAX BUSTING DAN LITERASI PRIVACY MELALUI BLOG” DI ITBA DCC BANDAR LAMPUNG

  JAWARA INTERNET SEHAT LAMPUNG ADAKAN WORKSHOP LITERASI DIGITAL “HOAX BUSTING DAN LITERASI PRIVACY MELALUI BLOG” DI ITBA DCC BANDAR LAMPUNG...